Penulisan entry ini adalah berdasarkan komen yang telah aku kumpulkan dalam menerangkan kepalsuan dan pendustaan video mengenai saat-saat kewafatan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam yang disebarkan di Facebook. Kisah melalui video ini sangat masyhur dan telah disebarkan sekian lama.
Pasti kita biasa dengar kisah yang menyebut bahawa lafaz terakhir baginda adalah ummati (umatku). Ianya juga masyhur mengenai Malaikat Maut yang datang meminta izin memasuki rumah yang mana ketika itu Fatimah radhiyallahu 'anha ada bersama. Kisah ini telah menyentuh hati ramai di kalangan kita.
PERHATIAN: KISAH INI TIDAK SAHIH, PALSU!
Saat-saat Kewafatan Rasulullah S.A.W. [PALSU]
Kisah ini jika diterima adalah satu pendustaan kepada Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, malah secara tak langsung akan mengetepikan banyak riwayat lain yang sahih di dalam kitab-kitab hadis khususnya Sahih al-Bukhari, rujukan terpenting umat Islam selepas al-Quran. Yang benarnya, Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam wafat di sisi insan yang paling baginda cintai, Aisyah radhiyallahu 'anha atau lebih tepat lagi di dalam pelukan Aisyah radhiyallahu 'anha, bertempat di rumah isterinya itu. Sedangkan hal ini bahkan nama Aisyah radhiyallahu 'anha langsung tak disebut melalui kisah di atas!
Buktinya telah jelas di dalam hadis yang sahih dan di situ jugalah makam Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berada hingga kini. Dengan menerima kisah palsu di atas, kita secara tak langsung juga mengetepikan peranan Aisyah radhiyallahu 'anha yang berada di sisi Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam demi menjaga baginda di akhir hayatnya. Nah, inilah yang golongan Syiah Rafidhah mahukan! Semoga Allah memelihara kita dari syubhah dan fitnah mereka yang bencikan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha.
ULAMA HADIS ZAMAN BERZAMAN MENOLAK KISAH INI, IANYA TERBUKTI PALSU!
Isnaad of the hadeeth about the Angel of Death asking the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) for permission to take his soul
There are many ahaadeeth about the death of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him). Many such reports have been narrated, but the saheeh ones are mixed with the false ones, and many people are careless about quoting reports which have no basis or which have been narrated via unsound isnaads. The one who is seeking sound reports on this subject should refer to the saheeh ahaadeeth, which are sufficient and in which he will information about the incidents surrounding the death of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him), and in which there are important lessons to be learned.
Al-Haafiz Ibn Katheer (may Allaah have mercy on him) said in al-Bidaayah wa’l-Nihaayah (5/256):
Al-Waaqidi and others narrated many reports concerning the death (of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him)) in which there are many strange things. We have refrained from mentioning many of them because of their weak isnaads and dubious content, especially those narrated by many storytellers, later writers and others. Many of them are undoubtedly fabricated. In the saheeh and hasan ahaadeeth which are narrated in the well known books there is sufficient information and we have no need of lies and reports whose isnaads are unknown. And Allaah knows best. End quote.
After researching the reports about the death of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him), we could not find the hadeeth mentioned by the questioner in this version, but there are ahaadeeth about the Angel of Death asking the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) for permission, in wording similar to that mentioned by the questioner. But these are weak (da’eef) ahaadeeth which the scholars judged to be false and fabricated. For example:
There is a hadeeth narrated by ‘Ali ibn al-Husayn from his father, telling a long story in which the Angel of Death asks for permission to enter upon the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) and speaks with him.
This story was narrated by al-Tabaraani in al-Mu’jam al-Kabeer (3/129) and in Kitaab al-Du’aa’ (1/367).
Al-Haythami said in Majma’ al-Zawaa’id (9/35): Its isnaad includes ‘Abd-Allaah ibn Maymoon al-Qaddaah, whose reports are worthless.
He was also judged as such by al-Haafiz al-‘Iraaqi in Takhreej al-Ihya’ (4/560); al-Haafiz ibn Hajar in Ajwabah Ba’d Talaameedhatihi (1/87) and Ibn Katheer in al-Bidaayah wa’l-Nihaayah (5/290). Al-Albaani said in al-Silsilah al-Da’eefah (5384): it is mawdoo’ (fabricated).
There is another hadeeth which was narrated by Ibn ‘Abbaas (may Allaah be pleased with him), in which it mentions the Angel of death seeking permission to enter upon the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) during his final illness. This was narrated by al-Tabaraani in al-Mu’jam al-Kabeer (12/141).
Al-Haythami said in Majma’ al_Zawaa’id (9/36): its isnaad includes al-Mukhtaar ibn Naafi’, who is da’eef (weak).
Al-‘Iraaqi said in Takhreej al-Ihya’ (4/560): It isnaad includes al-Mukhtaari ibn Naafi’, whose hadeeth is rejected.
With regard to the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) being given the choice between death and staying in this world, and his saying, “Rather the Higher Companion,” this is proven in al-Saheehayn in the hadeeth of ‘Aa’ishah (may Allaah be pleased with her), which is quoted in the answer to question no. 45841, q.v.
Shaykh Ibn ‘Uthaymeen (may Allaah have mercy on him) was asked about the story of the death of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him): it is mentioned in some books of history that the Angel of Death came to the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) in the form of a Bedouin and asked for permission to enter upon him. How true is this?
He (may Allaah have mercy on him) replied:
This is not correct. The Angel of Death did not come to him or ask permission to enter upon him, rather the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) delivered a speech at the end of his life in which he said: “Allaah has given a slave the choice between immortality in this world for as long as Allaah wills, or meeting his Lord, and he has chosen to meet his Lord.” This is what he said at the end of his life. Abu Bakr wept, and the people were surprised that Abu Bakr wept at these words. The Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) was the one who was given the choice, and Abu Bakr knew the Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) better than any of the people. This is what has been narrated. As for the idea that the Angel of Death came to him and asked him for permission, this is not correct. End quote from Liqa’ al-Baab il-Maftooh (2/340)
Anyone who wants to read more saheeh ahaadeeth about the story of the death of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) may refer to the book al-Bidaayah wa’l-Nihaayah by Ibn Katheer (5/248), the chapter of the last days and death of the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him); and Saheeh al-Seerah al-Nabawiyyah by Ibraheem al-‘Ali, chapter 6: The illness and death of the Messenger (peace and blessings of Allaah be upon him).
And Allaah knows best.
DETIK TERAKHIR RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM YANG SAHIH
Syaikh al-'Utsaimin - Perkataan Terakhir Rasulullah
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata,
"Aku telah mendengar bahwasanya seorang nabi tidak akan meninggal dunia sehingga dia diberi (satu di antara) dua pilihan antara dunia dan akhirat. Kemudian aku mendengar Nabi sallallahu 'alaihi wasallam pada saat sakit yang mengantarkan kepada kematian beliau, sementara suara beliau sangat parah, beliau membaca Firman Allah ta'ala, 'Bersama-sama dengan dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya'."(An-Nisa': 69). Aisyah berkata, "Maka pada saat itu aku mengira beliau sedang diberi pilihan."[1]
Dalam sebuah riwayat darinya (Aisyah) radhiyallahu 'anha, dia berkata,
"Pada saat Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berada dalam kondisi sehat, beliau bersabda, 'Sesungguhnya tidak seorang nabi pun dicabut nyawanya sampai dia melihat tempat duduknya di surga, kemudian dia akan diberi pilihan.' Pada saat menjelang wafatnya sedangkan posisi kepala beliau berada di atas pangkuanku, beliau pingsan beberapa saat, kemudian sadar seraya mengarahkan pandangan beliau ke langit-langit rumah lalu bersabda, 'Ya Allah, di Rafiq al-A'la.'[2] Kemudian aku berkata, 'Kalau begitu, beliau tidak memilih (hidup) bersama kita.' Dan aku mengetahui bahwasanya itu adalah hadits yang pernah beliau sampaikan semasa sehat beliau. Dan perkataan terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah adalah, 'Ya Allah, bersama-sama teman di tempat yang paling tinggi'."[3]
Aisyah
radhiyallahu 'anha berkata,
"Aku mendengar Nabi sallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada saat beliau menyandarkan punggungnya kepadaku, ' Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, dan pertemukanlah diriku dengan ar-Rafiq al-A'la'."[4]
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata,
"Sesungguhnya di antara nikmat Allah yang diberikan kepadaku adalah bahwasanya Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam meninggal di rumahku, pada hari giliranku, di antara dada dan leherku (dekapanku). Dan Allah mengumpulkan antara air liurku dengan air liurnya pada saat kematiannya. Abdurrahman [bin Abu Bakar] masuk ke dalam rumahku dan di tangannya terdapat siwak, sementara aku menyandarkan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam [ke dadaku][5]. Kemudian aku melihat beliau memandang ke arahnya dan aku mengetahui bahwasanya beliau menyukai siwak, maka aku katakan kepadanya, 'Apakah engkau ingin aku mengambilkannya untukmu?' Maka beliau berisyarat dengan kepalanya yang berarti setuju. Kemudian aku (mengambil) dan menggosokkannya (pada mulut) beliau, lalu beliau kesulitan dengannya, karena keras. Aku berkata kepadanya, 'Apakah engkau ingin aku melunakkannya untukmu?' Maka beliau berisyarat dengan kepalanya yang berarti setuju. Kemudian aku pun melunakkannya, [dalam sebuah riwayat (disebutkan), kemudian aku pun memotongnya dengan ujung-ujung gigiku dan mengunyahnya].[6] [Dalam riwayat yang lain (disebutkan), kemudian aku pun memotongnya dengan ujung-ujung gigiku, mengunyah dan memperbagusnya, lalu aku serahkan kepada Nabi sallallahu 'alaihi wasallam. Setelah itu beliau bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersiwak dengan cara yang lebih indah dari itu].[7] Di hadapan beliau ada bejana atau ember yang berisi air, kemudian Rasulullah memasukkan kedua tangannya di air tersebut, seraya bersabda, 'Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya kematian itu mempunyai sekarat (keadaan sakit dan penderitaan menjelang kematian).' Kemudian beliau mengangkat tangannya seraya berkata, '(Pertemukanlah aku) dengan ar-Rafiq al-A'la.' Sampai akhirnya beliau meninggal dunia dan tangan beliau sallallahu 'alaihi wasallam terkulai."[8]
______________________________
[1] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4436, 4437, 4463, 4586, 6348, 6509; dan Muslim, no. 2444.
[2] Yang shahih menurut jumhur ulama bahwa makna ar-Rafiq al-A'la adalah para nabi yang tinggal di surga tertinggi. Lihat Syarh Shahih Muslim, karya an-Nawawi (Ed).
[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4437, dan 4463; dan no. 2444.
[4] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4440 dan 5664.
[5] Al-Bukhari, no. 4438
[6] Al-Bukhari, no. 980
[7] Al-Bukhari, no. 4438
[8] Diriwayatkan oleh al-Bukhari, 2/377, no. 890, dan dia juga meriwayatkan di 9 tempat dalam kitabnya. Lihat 2/377; dan Muslim, no. 2444.
Terjemahan hadis pada bahagian ini diambil dari buku Pesan-pesan Rasulullah ﷺ Menjelang Wafat di dalam bab Rasulullah ﷺ Memilih Ar-Rafiq Al-A'la oleh Syaikh Dr. Sa’id B. ‘Ali B. Wahf Al-Qahthani (Edisi Indonesia) terbitan Darul Haq.
PESAN-PESAN RASULULLAH SALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM MENJELANG WAFAT
Telah saya nyatakan detik terakhir Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam yang sahih pada komen sebelumnya, untuk mengetahui dengan lebih lanjut mengenai riwayat-riwayat lain menjelang wafatnya Rasulullah, saya mencadangkan buku ini,
Pesan-pesan Rasulullah ﷺ Menjelang Wafat
Syaikh Dr. Sa’id B. ‘Ali B. Wahf Al-Qahthani
Buku ini sangat sesuai sebagai rujukan kita yang mencintai insan mulia Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam di mana sumbernya menepati al-Quran dan hadis yang dinilai sahih. Semoga hidup kita lebih diberkati, insya-Allah.
LARANGAN BERDUSTA ATAS NAMA RASULULLAH SALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM
20 hadis palsu popular riwayat Facebook
"Sampaikan dariku walaupun satu ayat, dan ceritakanlah dari kisah-kisah Bani Isra'il dan itu tidak mengapa (iaitu tidak berdosa walaupun ia tidak sahih dengan syarat memberitahu ia kisah Bani Isra'il dan bukan hadis). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka." (Sahih Bukhari)
Kata Ibn Hajar al-Asqalani: Apa yang dinyatakan merangkumi setiap pendusta ke atas Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam dan semua jenis pendustaan ke atas baginda.
Kata Ibn Hibban: Sesiapa yang menyebut sesuatu hadis tanpa mengetahui adakah hadis tersebut sahih atau tidak maka dia adalah berdosa dan layak memasuki neraka.
Kata Ibn al-Salah: Tidak halal kepada sesiapa yang mengetahui ia hadis palsu meriwayatkannya dalam apa bentuk sekalipun, melainkan dengan disertai dengan menerangkan kepalsuannya.
Kata al-Thohawi: Sesiapa yang menyampaikan hadis daripada Rasulullah berdasarkan sangkaan, bererti dia menyampaikan hadis daripada baginda secara tidak benar. Sesiapa yang menyampaikan hadis daripada baginda secara tidak benar bererti dia menyampaikan hadis daripada baginda secara batil. Sesiapa yang menyampaikan hadis daripada baginda secara batil maka dia berdusta ke atas baginda sebagaimana seorang pendusta hadis.
Kata Syeikh Abd. Fattah Abu Ghuddah: Hadis-hadis palsu telah memberi kemudharatan dalam pelbagai aspek seperti aqidah, akhlak, pemikiran, sosial dan ia telah mencemarkan kesucian Islam dan kebersihannya.